Kamu tahu siapa aku? Seorang perempuan tanpa limpahan kasih. Hidup dipenuhi dengan hadiah dusta-dusta. Amarahku ditempa oleh gelora api yang tak pernah padam. Ini aku, perempuan yang menatapmu dengan air mata yang beku.
Namaku, Err.
Aku bagai cermin retak di sudut rumah. Dipenuhi rumah sang laba-laba. Ada debu tebal melekat di sana. Itulah aku, Err.
Mari masuk. Ini rumah kami, dulu. Penuh kenangan. Oh, pagar ini masih sama dengan yang dulu. Gemboknya masih gembok besar yang dulu tak bisa kubuka! Dulu aku melompatinya karena tak bisa membuka gembok besar baru di pagar ini. Yuk, kita lompat saja!
Mari masuk.
Oh, pintu ini masih digembok dari luar! Sama seperti bertahun yang lalu! Hanya sekarang sudah berkarat.Dengan kondisiku sekarang, sebenarnya bisa saja kutembus pintu tanpa kesulitan. Tapi aku ingin melihat keliling rumah ini.
Yuk ke garasi. Dulu pintunya rusak, aku yang mereparasinya sendiri.
Hei, bisa terbuka!
Masuk ke dalam rumah masa lalu membuat senyum manis menjadi agak tertahan. Tiga kamar tidur tertutup.
Semua masih sama seperti dulu. Pintu kamar itu ditutup dengan gembok menempel di pintu. Tak ada yang berubah!
Semua berada di tempat yang sama. Hanya debu dan sarang laba-laba menyebar ada di mana-mana.
Dulu aku sering becermin di sudut ruang itu. Menari-nari, tersenyum, juga belajar melihat ke arah belakang lewat cermin itu. Di sana bufet kayu jati warna cokelat tua yang panjang. Hey, itu dia, masih tergeletak hancur di antara kursi-kursi lipat yang juga dari kayu jati. Semua dibalut debu, dan berjaring laba-laba!
Berjalan ke ruang tamu yang kosong.
Kembali masuk ke dalam, masuk ke kamarku dahulu. Kosong. Dulu ada sebuah tempat tidur besar di sini. Terbayang banyak hal di sini. Lalu cepat kukeluar. Jangan berlama di sini. Jangan.
Dua kamar lainnya sama, kosong. Terdengar suara anak kecil menyebut mama. Ah, iitu hanya bayang ingatanku.
Masa laluku ada di sini. Ini masa lalu.
"Err."
"Bless."
Digenggamnya erat jemariku.
"Terima kasih, Bless. Sudah menemaniku masuk ke masa lalu."
"Belum semuanya, Err. Belum semuanya. Kita lanjut lagi nanti. Kita pulang ke pantai sekarang? Laut kita menunggu."
Dibimbingnya aku keluar dari rumah masa lalu.
"Besok kita ke sini lagi. Besok berceritalah tentang masa lalumu. Ada aku, hantu lelaki sebiji mata."
Kurapatkan diri padanya. Rasa nyaman itu mengalir deras menenangkan.
Dia, Bless. Aku, Err. Sepasang tanpa raga yang berbagi pandang lewat sebiji mata yang kami punya. Saat ini kami saling memeluk karena saling menguatkan.
Bagaimana denganmu? Apakah saling menguatkan dengan saling memeluk?
Nitaninit Kasapink
Namaku, Err.
Aku bagai cermin retak di sudut rumah. Dipenuhi rumah sang laba-laba. Ada debu tebal melekat di sana. Itulah aku, Err.
Mari masuk. Ini rumah kami, dulu. Penuh kenangan. Oh, pagar ini masih sama dengan yang dulu. Gemboknya masih gembok besar yang dulu tak bisa kubuka! Dulu aku melompatinya karena tak bisa membuka gembok besar baru di pagar ini. Yuk, kita lompat saja!
Mari masuk.
Oh, pintu ini masih digembok dari luar! Sama seperti bertahun yang lalu! Hanya sekarang sudah berkarat.Dengan kondisiku sekarang, sebenarnya bisa saja kutembus pintu tanpa kesulitan. Tapi aku ingin melihat keliling rumah ini.
Yuk ke garasi. Dulu pintunya rusak, aku yang mereparasinya sendiri.
Hei, bisa terbuka!
Masuk ke dalam rumah masa lalu membuat senyum manis menjadi agak tertahan. Tiga kamar tidur tertutup.
Semua masih sama seperti dulu. Pintu kamar itu ditutup dengan gembok menempel di pintu. Tak ada yang berubah!
Semua berada di tempat yang sama. Hanya debu dan sarang laba-laba menyebar ada di mana-mana.
Dulu aku sering becermin di sudut ruang itu. Menari-nari, tersenyum, juga belajar melihat ke arah belakang lewat cermin itu. Di sana bufet kayu jati warna cokelat tua yang panjang. Hey, itu dia, masih tergeletak hancur di antara kursi-kursi lipat yang juga dari kayu jati. Semua dibalut debu, dan berjaring laba-laba!
Berjalan ke ruang tamu yang kosong.
Kembali masuk ke dalam, masuk ke kamarku dahulu. Kosong. Dulu ada sebuah tempat tidur besar di sini. Terbayang banyak hal di sini. Lalu cepat kukeluar. Jangan berlama di sini. Jangan.
Dua kamar lainnya sama, kosong. Terdengar suara anak kecil menyebut mama. Ah, iitu hanya bayang ingatanku.
Masa laluku ada di sini. Ini masa lalu.
"Err."
"Bless."
Digenggamnya erat jemariku.
"Terima kasih, Bless. Sudah menemaniku masuk ke masa lalu."
"Belum semuanya, Err. Belum semuanya. Kita lanjut lagi nanti. Kita pulang ke pantai sekarang? Laut kita menunggu."
Dibimbingnya aku keluar dari rumah masa lalu.
"Besok kita ke sini lagi. Besok berceritalah tentang masa lalumu. Ada aku, hantu lelaki sebiji mata."
Kurapatkan diri padanya. Rasa nyaman itu mengalir deras menenangkan.
Dia, Bless. Aku, Err. Sepasang tanpa raga yang berbagi pandang lewat sebiji mata yang kami punya. Saat ini kami saling memeluk karena saling menguatkan.
Bagaimana denganmu? Apakah saling menguatkan dengan saling memeluk?
Nitaninit Kasapink
Serem..tapi sedih, hiks..
ReplyDeleteTerima kasih, Mbak.
DeleteErr dan Bless, aku bikin berseri. Ini seri yang ke-8.
Silakan kalau berkenan mengikuti serialnya.
Salam penuh kasih.
NItnit apakabar? Masih inget? :)
ReplyDeleteHai, kabarku bahagia. Apa kabar?
Delete