Selamat pagi, dunia! Aku pecinta malam, tapi hal yang paling membahagiakanku adalah saat meninggalkan malam yang kelam!
Setiap pagi badan terasa amat letih karena sang malam memaksa pergi menuju dunia kelam tanpa bisa menolak. Malam adalah hal yang menyenangkan karena tidak mengusikku agar bergerak cepat, tidak membuatku tergesa-gesa. Tapi malam juga sekaligus menjadi waktu yang menakutkan bagiku. Malam yang memaksa untuk tidur. Padahal setiap aku mulai terlelap, jiwa disedot kuat hingga tenggelam ke kerak bumi terdalam! Bertemu dengan para makhluk aneh yang tak terlihat olehmu dan orang-orang lain. Mereka makhluk tanpa raga.
"Err! Mandi!"
Mama berteriak memanggil dan menyuruhku segera mandi. Pagi! Waktu yang kubenci dan sekaligus kutunggu.
"Iya, Ma! Otewe kamar mandi!"
"Jangan berteriak ke orang tua!"
"Kalau aku berbisik, Mama tidak mendengarku!"
Berlari menuju kamar mandi. Di sudut dapur kulihat wanita menunduk dengan rambut tergerai menutup wajah.
Peduli setan! Dasar setan! Benar-benar setan! Rutukku dalam hati.
Tak perlu berlama-lama di kamar mandi. Cukuplah beberapa gayung membasahi badan, selesai.
"Err! Cepat!"
"Ya, Ma!"
"Jangan berteriak pada Mamamu!"
"Ini berbisik, Ma!"
Hai, ya, aku Err. Anak bungsu dari dua bersaudara. Bukan seorang yang pandai bergaul, walau memiliki banyak teman. Seorang pendiam, walau bisa saja di satu saat berubah menjadi seorang yang amat cerewet!
"Err! Jangan melamun!"
Itu mamaku. Seorang single mom. Mama berpisah dari papa beberapa tahun yang lalu. Tapi kemudian papa meninggal karena kecelakaan.
"Ayo, berangkat! Sarapan di kantin saja. Mama bisa terlambat tiba di kantor gegara menunggumu."
"Ok, asal uangnya memadai," jawabku santai sambil mengambil sebuah jeruk dari atas meja.
Perjalanan dari rumah ke sekolah tidak memakan banyak waktu. Hanya 10 menit. Tapi mama selalu mengantarku.
"Err, nanti Mama pulang malam. Lembur."
"Oke aja, asal uangnya memadai."
"Kamu tuh ya, menghitung uang terus."
Tidak terasa sudah tiba di depan sekolah.
Lagi-lagi kulihat lelaki besar itu. Ya, lelaki tanpa raga memang selalu ada di sana. Tiba-tiba seorang siswa masuk ke halaman sekolah, menembusnya. Ufh, ini hal yang biasa terjadi, tapi selalu saja mengejutkan.
Tidak ada yang tahu mengenai kemampuanku ini. Mama juga tidak. Aku tak mau dianggap orang yang aneh.
"Err, belajar yang sungguh-sungguh, jangan melamun terus."
"Siaplah, Bu Ketua."
"Ketua?"
"Loh, Mama memang tua, kan?"
Mama tertawa.
"Bye, Ma. Take care!"
Sekolah ini termasuk tempat yang tak kusukai. Mau tahu kenapa? Di sini terlalu banyak hal 'aneh'! Seperti di depan pintu kelas yang ada di ujung sana itu, ada sesosok anak kecil menangis. Setiap hari kulihat dia menangis kebingungan. Dan di tangga sebelah sana, ada perempuan berambut panjang memandangku tanpa berkedip. Kalau bukan karena harus bersekolah, malas rasanya datang ke sini.
Duduk di kursi tempatku pun, ada sosok perempuan sebaya yang ikut duduk, tapi di lantai.
Sekolah, yang kutunggu adalah bel tanda pulang! Walau di rumah pun ada beberapa sosok tanpa raga terlihat, setidaknya aku lebih punya keberanian karena itu rumahku!
Ok, bel tanda mulai pelajaran sudah terdengar. Aku harus belajar. Harus berkonsentrasi memandang ke depan, ke arah guru. Dan berusaha tidak melihat sebuah mata besar muncul di papan tulis.
Ini yang kujalani setiap hari. Nanti akan kuceritakan lagi.
Sssshh, jangan menyolek-nyolek tanganku! Sesosok anak kecil tersenyum lebar, menampakkan giginya yang ompong berdarah.
O my God!
Nitaninit Kasapink
Setiap pagi badan terasa amat letih karena sang malam memaksa pergi menuju dunia kelam tanpa bisa menolak. Malam adalah hal yang menyenangkan karena tidak mengusikku agar bergerak cepat, tidak membuatku tergesa-gesa. Tapi malam juga sekaligus menjadi waktu yang menakutkan bagiku. Malam yang memaksa untuk tidur. Padahal setiap aku mulai terlelap, jiwa disedot kuat hingga tenggelam ke kerak bumi terdalam! Bertemu dengan para makhluk aneh yang tak terlihat olehmu dan orang-orang lain. Mereka makhluk tanpa raga.
"Err! Mandi!"
Mama berteriak memanggil dan menyuruhku segera mandi. Pagi! Waktu yang kubenci dan sekaligus kutunggu.
"Iya, Ma! Otewe kamar mandi!"
"Jangan berteriak ke orang tua!"
"Kalau aku berbisik, Mama tidak mendengarku!"
Berlari menuju kamar mandi. Di sudut dapur kulihat wanita menunduk dengan rambut tergerai menutup wajah.
Peduli setan! Dasar setan! Benar-benar setan! Rutukku dalam hati.
Tak perlu berlama-lama di kamar mandi. Cukuplah beberapa gayung membasahi badan, selesai.
"Err! Cepat!"
"Ya, Ma!"
"Jangan berteriak pada Mamamu!"
"Ini berbisik, Ma!"
Hai, ya, aku Err. Anak bungsu dari dua bersaudara. Bukan seorang yang pandai bergaul, walau memiliki banyak teman. Seorang pendiam, walau bisa saja di satu saat berubah menjadi seorang yang amat cerewet!
"Err! Jangan melamun!"
Itu mamaku. Seorang single mom. Mama berpisah dari papa beberapa tahun yang lalu. Tapi kemudian papa meninggal karena kecelakaan.
"Ayo, berangkat! Sarapan di kantin saja. Mama bisa terlambat tiba di kantor gegara menunggumu."
"Ok, asal uangnya memadai," jawabku santai sambil mengambil sebuah jeruk dari atas meja.
Perjalanan dari rumah ke sekolah tidak memakan banyak waktu. Hanya 10 menit. Tapi mama selalu mengantarku.
"Err, nanti Mama pulang malam. Lembur."
"Oke aja, asal uangnya memadai."
"Kamu tuh ya, menghitung uang terus."
Tidak terasa sudah tiba di depan sekolah.
Lagi-lagi kulihat lelaki besar itu. Ya, lelaki tanpa raga memang selalu ada di sana. Tiba-tiba seorang siswa masuk ke halaman sekolah, menembusnya. Ufh, ini hal yang biasa terjadi, tapi selalu saja mengejutkan.
Tidak ada yang tahu mengenai kemampuanku ini. Mama juga tidak. Aku tak mau dianggap orang yang aneh.
"Err, belajar yang sungguh-sungguh, jangan melamun terus."
"Siaplah, Bu Ketua."
"Ketua?"
"Loh, Mama memang tua, kan?"
Mama tertawa.
"Bye, Ma. Take care!"
Sekolah ini termasuk tempat yang tak kusukai. Mau tahu kenapa? Di sini terlalu banyak hal 'aneh'! Seperti di depan pintu kelas yang ada di ujung sana itu, ada sesosok anak kecil menangis. Setiap hari kulihat dia menangis kebingungan. Dan di tangga sebelah sana, ada perempuan berambut panjang memandangku tanpa berkedip. Kalau bukan karena harus bersekolah, malas rasanya datang ke sini.
Duduk di kursi tempatku pun, ada sosok perempuan sebaya yang ikut duduk, tapi di lantai.
Sekolah, yang kutunggu adalah bel tanda pulang! Walau di rumah pun ada beberapa sosok tanpa raga terlihat, setidaknya aku lebih punya keberanian karena itu rumahku!
Ok, bel tanda mulai pelajaran sudah terdengar. Aku harus belajar. Harus berkonsentrasi memandang ke depan, ke arah guru. Dan berusaha tidak melihat sebuah mata besar muncul di papan tulis.
Ini yang kujalani setiap hari. Nanti akan kuceritakan lagi.
Sssshh, jangan menyolek-nyolek tanganku! Sesosok anak kecil tersenyum lebar, menampakkan giginya yang ompong berdarah.
O my God!
Nitaninit Kasapink
Kyknya ini bakal lbh serem dr err dan bless :D. Dulu aku prnh penasaran apa rasanya kalo bisa melihat makhluk2 halus.. Tp dipikir2 ,kalo utkku, sebaiknya memang jgn bisa melihat, drpd pingsan :D
ReplyDeleteIya, ini lebih serem dari Err Dan Bless.
DeleteEh, enakan ga bisa lihat makhluk halus, loh. Ga menyenangkan sama sekali melihat yang kayak gitu.
Terima kasih :)
ReplyDelete